http://moonshadowthemusical.com.au/_dev/

Selasa, 15 September 2009

Yusuf Islam: Pencarian Itu Berakhir Dalam Al Qur'an

/








Cat Stevens terpesona oleh suara azan yang kali pertama didengarnya saat berlibur di Marakes, Maroko. Ketika dia bertanya tentang suara itu kepada warga setempat, dijelaskan itu sebagai musik untuk Tuhan.
”Saya hairan, musik untuk Tuhan? Saya belum pernah mendengar sebelumnya. Saya telah mendengar musik untuk wang, musik untuk ketenaran, musik untuk kekuatan personal, namun ini musik untuk Tuhan!,” ujar pria London kelahiran 21 JulI 1948 itu.
Tak disangkanya, seruan azan itu akhirnya disadari sebagai seruan baginya untuk memeluk Islam selama proses pencarian keyakinan.
Berawal dari pacarnya yang memberitahu dia memiliki mata seperti seekor kucing lantas dia mengubah nama Stephen Demetre Georgiou menjadi Cat Stevens. Karena dia senang dengan julukan pacarnya itu.
Pada usia 18 tahun, Cat Stevens merilis album pertamanya dan meledak. Dia menjadi sensasi bagi kaum remaja, menggelar tur ke Eropa. Selama karir musiknya, Cat Stevens berhasil menjual 40 juta copy album antara 1960 dan 1970-an. Lagu-lagunya yang populer seperti Morning Has Broken, Peace Train, Moonshadow, Wild World, Father and Son, Matthew and Son, Oh Very Young, dan The First Cut Is the Deepest.
Namun, ketika dia mengidap TBC kronis yang nyaris membuatnya mati, dia mempertanyakan apa yang sebenarnya dia dan musiknya cari.
”Saya terkena tuberkulosis fatal dan tiba-tiba semua lampu sorot dimatikan. Dan saya katakan: ”Hei, dimana cahaya? Dan itulah yang membuat saya untuk mencari jenis cahaya yang berbeda,” ujar Stevens.
Pengalaman sakaratul maut itu memicu ledakan kreatif dalam dirinya. Saat memulihkan diri dia menulis lebih dari 40 lagu yang menjadikan dia makin tenar sebagai pemusik.
Pada 1975, saat berenang di pantai Malibu California, sentuhan dengan kematian kembali menyingkap takdir dirinya. ”Saya berenang. Tidak ada yang memberitahu bahwa itu bukan waktu yang bagus untuk berenang,” kenangnya. ”Saya mencoba berenang ke pantai. Tiba-tiba gelombang menyeret saya,” kenangnya.
Terombang-ambing dalam ombak, Stevens amat ketakutan. Kemudian terlintas dalam pikirannya sebuah nadzar. ”Saya katakan: Tuhan, jika Engkau menyelamatkanku, saya akan bekerja untukmu. Tiba-tiba secara instingtif, ada satu kekuatan yang membantu saya.”
Kemudian ada gelombang mendorongnya ke pantai. ”Gelombang kecil, tidak terlalu besar. Namun itu adalah momen keajaiban ketika tiba-tiba gelombang berubah sesuai kehendak saya. Saya memiliki energi, saya bisa berenang kembali. Saya ada di tanah. Saya hidup. Wow, lalu apa selanjutnya?”
Sejak itu dia mengembara di belantara spiritual mencari cahaya kebenaran. Dia pun mempelajari Budhisme, Zen, I Ching, Tao, numerologi bahkan astrologi.
Suatu hari, kakaknya memberinya Al Qur'an sebagai hadiah ulang tahunnya ke-28. Kitab suci umat Islam yang baru dibeli kakaknya saat perjalanan ke Yerusalem itu diambilnya. Dia baca terjemahannya. Dia merasakan ada sesuatu yang lain.
Kemudian dia pergi ke Yerusalem tempat kakaknya membeli Al Qur'an. Dia mampir ke masjid yang dikenal sebagai Dome of Rock. Salah seorang dalam masjid itu bertanya, ”Siapa Anda?”
”Saat itulah saya bingung, lalu untuk kali pertama saya katakan, saya seorang Muslim,” ujarnya. Dia berkata begitu karena tahu Muslim berarti pasrah kepada Tuhan.
Ketika membaca Al Qur'an, dia tertarik dengan kisah Yusuf. ”Saya senang dengan surat Yusuf, surat yang pertama saya baca. Saya terpesona oleh Al Qur'an. Saya kaget dengan Al Qur'an, saya pun yakin ini bukan buatan manusia,” ujarnya.
Karena itulah kemudian dia mengganti namanya menjadi Yusuf setelah masuk Islam pada 23 Desember 1977 di puncak ketenarannya. ”Saya mencari sesuatu yang akan meresonansi arti kehidupan pada sudut apa pun Anda melihatnya,” ujarnya.
”Bagi sebagian orang, saya masuk Islam seperti lompatan luar biasa, namun bagi saya, itu adalah langkah bertahap hingga sampai di titik ini.”
Dalam wawancara dengan Rolling Stone Magazine, dia menegaskan, ”Saya telah menemukan rumah spiritual yang selama ini telah saya cari seumur hidup. Jika Anda mendengarkan musik dan lirik saya, seperti Peace Train dan On The Road to Find Out, itu dengan jelas menunjukkan hasrat saya untuk jalan spiritual yang saat itu tengah saya jalani.”
Dia menyadari dia tak bisa menyeimbangkan keyakinannya dengan karirnya. ”Yeah, ketika tiba waktunya menyeimbangkan, pengetahuan ini, penemuan ini, dengan gaya hidup saya, apakah saya harus terus bernyanyi? Maksud saya, itulah pertanyaannya,” katanya.
Pertunjukan terakhirnya adalah November 1979 di Stadium Wembley, London, dalam acara International Year of the Child yang diselenggarakan oleh UNICEF.
Saat itu dia berjalan di atas panggung sebagai Cat Stevens dengan rambut yang tercukur dan brewok tak rapi. Lantas dia pun pergi dari panggung sebagai Yusuf Islam. Setelah itu dia tidak menyentuh gitar selama lebih dari 20 tahun.
Lalu dia memenuhi nadzarnya. Dari royalti lagunya, dia mendirikan sekolah Islam pertama di London. Kemudian membantu anak-anak yatim di seluruh dunia.
Dia menikahi Fauzia Mubarak Ali pada 7 September 1979 di Masjid Regent’s Park London. Pernikahan itu istimewa karena menjadi upacara pernikahan ke-1000 di masjid tersebut. Yusuf memiliki lima anak.
Dia mendirikan yayasan kemanusiaan Small Kindness yang mulanya menolong korban kelaparan di Afrika dan sekarang membantu ribuan anak yatim dan keluarga di Balkan, Indonesia, dan Irak. Mendirikan yayasan kemanusiaan Muslim Aid.
Tantangan
Memeluk Islam bukannya tanpa benturan. Tahun itu Ayatullah Khomeini mengeluarkan satu fatwa, yang menyerukan kematian bagi penulis Inggris Salman Rushdi karena melecehkan Nabi Muhammad dalam bukunya, Ayat-ayat Setan.
Ketika ditanya pers atas fatwa itu dia berkomentar yang memicu kontroversi. ”Saya tidak pernah mendukung fatwa tersebut, namun ketika saya ditanya tentang prinsip penghinaan pada Tuhan dan hukumannya, ya seperti dikatakan Injil, kata saya, Anda tahu, ada di sana dalam Al Qur'an. Dan saya tidak bisa menyangkal itu,” katanya.
Saat tragedi 9/11, orang curiga padanya sebagai sosok Islam yang menjadi tertuduh atas teror itu. Pada 2004 saat terbang ke Washington DC untuk acara amal dia dilarang masuk AS. ”Tiba-tiba saya dikelilingi oleh FBI dan menginterogasi,” ujarnya. ”Demi Tuhan, semua orang tahu siapa saya,” tandasnya.
Menurutnya, Tuhan mengirim para nabi dan kitab tidak untuk bertengkar. Nabi itu mengajarkan untuk hidup bersama. ”Jika kita mengabaikan ajaran-ajara itu... apa pun keyakinan Anda, maka saya fikir kita akan berada dalam kekacauan yang lebih dalam lagi,” ungkapnya.
Soal kembali bernyanyi dia bercerita,”Satu titik balik yang besar terjadi ketika putra saya membawa ke rumah sebuah gitar,” ujarnya. ”Anda tahu, saya telah meninggalkan gitar itu saat acara amal 1979. Saya benar-benar tak menyentuh instrumen tersebut. Jadi suatu hari ketika semua orang tertidur dan tidak ada yang menyaksikan, saya ambil gitar itu dan ternyata saya masih tahu dimana saya harus meletakkan jari-jari saya. Hasil dari musik ini, saya katakan, mungkin saya punya pekerjaan lain untuk dilakukan.”
Kemudian dia merilis An Other Cup setelah 20 tahun dia mengakhiri karir musiknya.
”Anda tahu, cangkir itu harus diisi, Anda tahu, dengan apa pun yang ingin anda isikan,” ujarnya. ”Bagi mereka yang mencari Cat Stevens, mereka mungkin akan menemukannya dalam rekaman ini. Jika anda ingin menemukan Yusuf, pergilah lebih jauh lagi, Anda akan menemukannya,” ujarnya. (suaramedia)

Selasa, 8 September 2009

Welcome to Ramadan

Welcome to Ramadan, the month of mercy.
Sit yourself calm and witness the beauty.
Feel the pure breeze under the shade of palm trees,
Forgiveness - even if sins stretch seven seas.

The month of reflecting on the life we’ve spent
And how it healed after every dent.
The time to realize your true objective
And to live Islam fully and not selective.

The time to appreciate the food and drink.
To unite rich and poor and provide the link.
The month of the struggle to grasp your soul,
For the next eleven months, in full control.

This is the time when the gates of hell are shut.
The devil is locked up and his work is cut.
The doors of mercy are opened up wide
And Allah’s blessings are always on your side

This is the month when the Qur’an was revealed,
The last revelation – the door had been sealed.
A true guidance for the whole of mankind,
No better words elsewhere will we ever find.

This is the month in which falls the Night of Power,
‘Better than a thousand months*’, the blessings shower.
The angels descend on us so that they may see
The faces of believers in tranquility.

Don’t ignore this Ramadan; it could be your last.
Strive to obtain Allah’s pleasure and hold your fast.
Tomorrow could be your final day, be prepared.
Seize today by the neck and have no chance spared.

* "And what will explain to thee what the Night of Power is?; The Night of Power is better than a thousand months." (Al-Qur`an 97:2-3)

16th October 2004 - Tahir Rashid
[image]






[image]




To Be What You Must, You Must Give Up What You Are - YUSUF
[image]
You Must Be The Change You Want To See in The World - Mahatma Gandhi


Connect with Yusuf:
To Be What You Must, You Must Give Up What You Are - YUSUF
[image]
You Must Be The Change You Want To See in The World - Mahatma Gandhi